Tulisan di pagi hari, Busway oh busway.


Masih teringat ketika kali pertama Busway melakukan perjalanan pertamanya di kota Jakarta ini beberapa tahun lalu, rasa kagum sempat terucap oleh saya meskipun tidak sesuai harapan seperti alat Transportsi masal MRT atau monorail seperti di negara tetangga, tapi menurut saya ini suatu kemajuan yang pesat terutama untuk mengatasi kemacetan di jakarta yang belum ada jalan keluarnya.

Ya, dulu masih teringat bagaimana Busway menjadi primadona di kota jakarta, dengan jalur khususnya yang tidak diperbolehkan kendaraan lain untuk melintasinya kecuali Busway serta busnya yang masih baru bahkan tempat duduknya pun masih terbungkus plastik serta tidak ketinggalan pintu otomatisnya, halte yang bersih dengan desain yang termasuk unik tentu menjadi hal baru di jakarta yang secara tidak langsung mengajarkan kedisiplinan bagi masyarakatnya untuk naik turun tidak di sembarang tempat. Bukan hanya bus dan sistem haltenya yang membuat saya kagum tapi juga sistem tiketingnya yang mungkin untuk sebagian cukup baru yaitu menggunakan kartu akses.

Dengan pemberitaan media yang luas dengan sekejap masyarakat berbondong-bondong ingin mencicipi primadona tersebut bahkan tidak sedikit keluarga yang menjadikan busway sebagai media rekreasi kembali kemasa itu.

Seiring berjalanannya waktu busway semakin meluaskan koridornya hingga sekarang hampir tiap sudut Ibu kota Jakarta mulai bisa menikmati layanan busway ini. Tapi sayang berkembangnya perluasan koridor tersebut tidak dibarengi dengan pelayanan dan perawatan yang mumpuni, seperti halte semakin tidak terurus, busway yang semakin kotor terutama yang sudah beropersi sejak lama, karyawannya yang menurut saya kurang mendapat training yang mumpuni terutama untuk mengatasi atau melayani emosi penumpangnya dan yang paling mengecewakan adalah sistem tiketingnya yang menjadi manual, dari kartu akses menjadi sistem karcis kertas jaman bioskop atau ketika mengunjungi sirkus keliling waktu saya di kampung. Entah berapa banyak kertas yang dibuang tiap jamnya tentu ini bisa membuat orang yang menjunjung moto Go Green jengkel.

Selain sistem tikettingnya yang mengalami kemunduran juga yang masih belum bisa diatasi adalah sistem antriannya yang sangat tidak nyaman, acak-acak, amburadul. Pemandangan antrian yang lama dan panjang juga ricuh penumpang ketika memasuki busway serta teriakan petugasnya dengan nada tinggi untuk mempersilahkan penumpangnya memasuki busway sudah menjadi sarapan rutin tersendiri dipagi hari.

Cukup ironis memang ketika Busway sudah menjadi media transportasi yang sudah memasyarakat tetapi tidak barengi dengan pelayanan yang semestinya dan lebih Ironisnya saya menulis blog ini ketika saya mengantri busway menuju tempat kerja saya bersama puluhan calon penumpang lainnya. Saat ini juga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiba-tiba Hongkong, Jalan-jalan backpacker ke Hongkong

Chocolate (2008 starring Jeeja Yanin) - Seru!

Bungy Jumping at Double Six, Legian, Bali