Papajar ke Situ Patengan dan Kawah Putih Ciwidey, Bandung


 

Kata Papajar memang belum seterkenal Ngabuburit, seperti yang kita tahu Ngabuburit itu adalah kegiatan atau jalan-jalan sambil menunggu waktu berbuka puasa, nah Papajar adalah kegiatan jalan-jalan sebelum masuk Bulan Puasa atau Bulan Ramadhan. Untuk Papajar tahun ini Keluarga saya memutuskan untuk pergi berwisata ke daerah sumber air panas Ciwidey, yang terkenal juga dengan wisata Situ Patengan dan Kawah Putih.



Perjalanan di mulai hari Sabtu (7/7/2012) Kami berangkat menggunakan dua kendaraan termasuk kendaraan favorite ayah saya yaitu VW Combi kebanggaannya yang sekarang berwarna putih. Jalanan menuju Ciwidey termasuk padat tapi kami pun tidak terlalu dikejar waktu, yang sesekali kita berhenti untuk sekedar menikmati pemandangan alamnya atau sembari makan bersama beralaskan tikar, jaman dulu sekali memang ya, sebuah tradisi keluarga yang masih kami jaga.




Lokasi pertama yaitu Situ Patengan, danau yang terletak di kawasan obyek wisata alam di daerah Ciwidey Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia. sedikit bercerita berdasarkan informasi yang tertera di lokasi obyek wisata, berasal dari bahasa Sunda, pateangan-teangan (saling mencari). Mengisahkan citra Putra Prabu dari Putri titisan Dewi yang besar alam, yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka berpisah untuk sekian lamanya. Karena cintanya yang begitu mendalam, mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan "Batu Cinta".




Untuk menikmati obyek wisata ini terdapat fasilitas perahu yang bisa disewa untuk mengelilingi sebuah pulau kecil yang berada di tengah danau yang bernama Pulau Sasuka. Pulau yang ternampak indah dan rindang dengan banyaknya tumbuhan pohonpotoh tinggi yang didalamnya. Sementara diseberang danau terdapat lokasi yang cukup menarik, yang diberi nama Batu Cinta yang katanya dipercaya akan memberi kelanggengan cinta bagi pasangan yang datang berkunjung kelokasi tersebut. tapi sayang kebersihan tempat wisata ini masih memprihatinkan.


Setelah puas dengan Situ Patengan kami pun bertolak ke pemandian air panas alami Cimanggu yang tidak jauh dari tempat kami menginap. Tempatnya cukup ramai, padahal waktu sudah menunjukan sudah cukup malam. Malam semakin larut dan kami pun kembali ke tempat penginapan kami, sebuah rumah penduduk yang di sewakan, rumahnya nyaman dengan nuansa sunda yang begitu kental. malam yang dinginpun kami lalui denga suka cita.

Hari berikutnya kami bersiap-siap untuk lokasi selanjutnya, Taman wisata kawah putih, saya cukup bersemangat kali ini, karna ini kali pertama saya mengunjungi kawah putih tersebut. perjalanan ke kawah putih dapat dilalui dengan dua cara, dengan kendaraan pribadi atau dengan menggunakan fasilitas kendaraan umum berkapasitas 14 orang. kami memutuskan menggunakan fasilitas umum karena keadaan satu kendaraan kami VW combi yang tidak memungkinkan menempuh jalanan menanjak.

Perjalanan berliku dan menanjak sepanjang 5 KM pun akhirnya kami lalui, udarapun mulai tercium bau belerang yang mulai menyengat, sejenak kami menyempatkan untuk membaca sejarah dari kawah putih tersebut, sebuah papan informasi yang besarpun menjadi tontonan pengunjung yang baru datang.


Kawah Putih adalah sebuah danau kawah dari gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut. Kawah ini merupakan salah satu kawah dengan kadar keasaman belerang tertinggi di dunia, oleh sebab itulah pemerintah kolonial Belanda pernah membangun pabrik belerang di tempat ini.

Keunikan objek wisata ini adalah kawahnya yang berwarna putih bisa berubah warna sesuai dengan kadar belerang, udara di sini sangat dingin bahkan bisa mencapai 0- 2 derajat celcius di musim-musim tertentu.


Memasuki kawasan kawah putih kita akan menuruni beberapa anak tangga menuju kawah, perlu diperhatikan bahwa kadar belerang di kawah ini cukup tinggi sehingga terkadang cukup membuat anda merasa tidak nyaman saat bernafas, sebaiknya bawalah menutup hidung / syal atau saputangan, atau anda bisa membeli alat penutup hudung yang banyak dijajakan oleh pedagang asongan dengan harga sekitar Rp. 5.000.  



Puas dengan pemandangan alam yang ada. kami pun segera mengakhiri Papajar kali ini, dengan menyantap sebuah makanan Sunda di Warung Makan Ponyo. sungguh liburan yang menyenangkan, apalagi dihabiskan dengan keluarga tercinta.

Jika suatu saat nanti ada teman saya mengajak kembali kesini saya pasti akan ikut, dengan membawa perlengkapan berfoto yang lebih lengkap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tiba-tiba Hongkong, Jalan-jalan backpacker ke Hongkong

Top 10 Cydia Sources and Repositories 2012